Monday, August 1, 2011

Happy Fasting all :)

hai all,
gak kerasa ya kita udah masuk bulan Ramadhan yang penuh rahmat ini. dan gak kerasa jga sebentar lag saya akan masuk kuliah baru dengan julukan MABA huaaa jadi gak sabar deh cepet" kuliah, tapi ada gak enaknya jga si soalanya kuliah di tahun in di saat bulan puasa, gak lucu aja klo ntar di suruh lari" atau ngapain lah.tapi bner" gak sabar deh udah pingin punya temen" baru.:)
happy fasting all

Saturday, December 18, 2010

gak kerasa berbulan-bulan gak ngisi blog :D

hoammmmmmm,
lama deh gak megang keyboard buat nulis di blog lagi, kbanyakan acara les si jadi wktu buat nulis sma ngupdate blog, gak ada deh.
pnya cerita banyak nih yang pingin saya cerita kan ke kalian. ada yang udah ntn film TRON blum??? rame bgtlah filmnya mengesankan walaupun itu film pelampiasan setelah berbulan-bulan lamanya saya tidak masuk bioskop. :p

gak kerasa ya sekarang udah abis deh ni smester 1 lanjut ke semester 2, libur telah tibalibur telah tiba horehorehore. waktunya kita jalan-jalan deh puas-puasin smape kaki bengkak sampe tepar dijalan jga gak papa tapi yang klas 3 blajara aja deh dirumah mending gak usah jalan-jalan saya juga yang kelas 3 gak jalan kok belajar di bimbel ampe kisut, kangen liburan yang jalan-jalan jadinya. udah ah curhatnya cape bingung mau curhat apa lagi ntar aja lanjut lagi yaa.
oya lupa minta doa ya smuanya smoga saya lulus UN 2011 keterima PMBP ITB-FTI jga aminnnn di mohon doanya yaa
salammmmm

Thursday, July 29, 2010

cerita yang bagus dan enak di baca :p di baca yaaaa ;)

Solilokui Bunga Kemboja

Diriku sekuntum bunga Kemboja. Kelopak-kelopakku merah kesumba sewarna gincu wanita yang kerap memandikanku sekali seminggu.

Wujud rupaku menyerupai genta. Walaupun kami lebih identik sebagai bunga kuburan, tetapi oleh wanita yang memeliharaku, aku tumbuh di dalam sebuah pot cantik di teras depan rumahnya. Dari tempatku berada, aku biasa menatap bentangan langit malam yang berhamburan bebintangan.

Benda-benda angkasa yang terang benderang itu selalu mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang benarlah nyata, tetapi lebih tampak seperti fatamorgana. Aku selalu memandanginya tatkala ia sedang memandikan mobil kesayangannya dari dalam garasi.

Lelaki itu adalah anak sulung wanita yang warna gincunya sewarna diriku. Sempat kedengkian menghinggapiku melihat betapa kedekatan kedua manusia berbeda kodrat itu, sampai kudengar si lelaki menyapa wanita bergincu kesumba itu dengan panggilan ibu.

Dari wajah dan rekah senyumnya tahulah aku betapa kebaikan hatinya seperti kebanyakan manusia penghuni rumah ini. Dari caranya memperlakukan mobil kesayangannya, tahulah aku betapa ia tak pernah pilih kasih terhadap benda mati ataupun benda hidup.

Sampai detik ini aku masih memendam rasa cemburu terhadap benda mati bernama mobil itu. Setiap hari kulihat lelaki itu menumpanginya manakala hendak menuju suatu tempat yang tak pernah kuketahui juntrungannya.

Tiap kali ia kembali hari telah merangkak malam. Raut wajah dan bahasa tubuhnya memberitahuku bahwa ia kelelahan. Tetapi keesokan pagi ia akan mengulangi kebiasaan yang sama, sampai lantas kuhafal luar kepala pola kegiatannya meskipun sebatas teras dan garasi itu saja.

Sesekali kulihat ia pulang dengan mengajak beberapa orang lelaki seusia dirinya. Tak jarang terdapat satu atau dua orang perempuan di antara mereka. Percakapan yang diiringi tawa berlangsung tatkala mereka melintasi teras depan sebelum mencapai ruang tamu.

Betapa beruntung menjadi manusia lelaki dan perempuan yang dekat dengan lelaki itu, walaupun bagiku tetap tiada yang lebih beruntung daripada mobil yang selalu ia tumpangi. Tak jarang mereka berkumpul di kursi teras sembari bercakap ditemani penganan dan secangkir teh.

”Coba lihat. Kembang Kemboja itu seperti sedang menatap kita.” kata perempuan yang telunjuknya menunding ke arahku. Lantas seorang lelaki bertubuh ceking berjalan melintasi teras sambil menggenggam spidol di satu tangannya.

”Kamu mau apa?” tanya si lelaki, menyela langkah temannya.

”Aku mau bikin mata pada kedua kelopak Kemboja itu supaya kelihatan kalau dia benar-benar menatap kita.”

“Hey, itu Kemboja kesayangan Ibuku.”

Itulah hari pertama ia membelaku di depan teman-temannya. Kelopak-kelopakku mekar dan warnaku kian merona. Tetapi selain hari itu, lelaki itu tak pernah memperhatikan diriku secara khusus. Keindahanku hanya berlaku di depan mata para wanita sebab mereka lebih dapat menghargai keindahan. Bagi lelaki itu dan teman-temannya, aku tiada berbeda dari pot tempat tubuhku bertumbuh. Rasa kecewa yang hinggap dalam diriku semakin besar tiap kali lelaki itu lewat tanpa pernah sempatkan melirikku barang sekejap.

Betapa keindahan ini seperti tak berarti tanpa dihargai oleh lelaki yang kucintai. Atas kesadaran itu, suatu hari aku berhenti membuat diriku mekar, tak peduli berapa kali dalam seminggu wanita bergincu itu memandikanku dan memberiku pupuk untuk meningkatkan kualitas tanah di dalam potku, usahanya tetap tak bisa membantu. Aku telah kehilangan minat terhadap kehidupan.

Masa itu berlangsung berminggu-minggu lamanya. Rona pada kelopak-kelopak bungaku pudar. Wanita itu kini tak bergincu lagi. Wajahnya tampak selisut diriku yang tak mau mekar barang serecup saja. Seluruh bunga Kemboja di teras rumahnya turut merasakan dukaku. Mereka lantas putuskan tak mau mekar selama dukaku belum teratasi. Raut wajah sebam dan sepasang mata tanpa binar cahaya menatap iba kepada kami.

Belakangan lelaki itu pun tampak bermuram durja. Tiap kali melintasi teras menuju garasi ia tak lagi memutar-mutar seronce anak kunci di ujung telunjuknya sambil bersiulan. Jangan-jangan sesuatu terjadi pada mobil kesayangannya. Tetapi kepada seorang teman kudengar ia memberi tahu bahwa kesedihannya disebabkan oleh sikap murung ibunya.

Wanita yang telah malang melintang di dunia botani itu mendandak merasa dirinya tak becus mengurusi tetumbuhan di teras depan rumahnya sehingga nyaris seluruh Kemboja kesayangannya mati. Daun-daun meluruh nyaris tanpa bersisa, kelopak-kelopak bunga mengatup seperti gadis-gadis remaja yang merajuk.

Sumber terdalam kesedihan lelaki itu adalah keputusan sang ibu untuk menyerah dari hobinya bercocok tanam, hal mana yang menjadi satu-satunya hiburan di masa menjelang pensiun. Melihat kenyataan itu, yakinlah aku bahwa si lelaki lebih menyayangi sang ibu daripada benda mati yang ia mandikan setiap pagi, walaupun tampak ia lebih besar menaruh perhatian padanya. Tetapi ia tetaplah lebih mencintai perempuan yang mencintai diriku dan bunga-bunga Kemboja yang lain, bagaikan kami ini anak-anaknya sendiri.

Pagi hari adalah waktu terbaik bagi setiap bunga. Titik-titik embun menyaput sekujur kelopak yang baru separuh merecup. Kami lebur bersama gigil pagi. Tetapi pagi itu aku merekah mendahului yang lainnya. Kelopak-kelopakku bahkan mekar lebih lebar daripada biasanya. Dengan tak sabaran aku menantikan pintu depan di ujung teras itu dibuka untuk pertama kali.

Pada setiap pagi yang telah kulalui di teras rumah ini, wanita berginculah yang selalu membuka pintu depan untuk pertama kali bersama alat penyiram tanaman di tangannya, dengan bekal semangat berniat memberi kami makan. Minggu-minggu terakhir betapa pemandangan itu tak pernah tampak lagi, tetapi kujamin pagi ini keputusanku menjadi mekar kembali dapat mengembalikan semangat yang sempat redup wanita bergincu itu.

Matahari sudah setengah perjalanan melakukan patrol. Sinarnya menyapuh tiap lembar daun dan kelopak bunga kami. Siang hari menjelang. Aku gelisah menunggu pintu itu dibuka oleh si wanita bergincu. Akhirnya daun pintu terbuka, tetapi yang tampak olehku pertama kali adalah dia, lelaki itu! Kaus oblong yang membalut tubuhnya nyaris sewarna kelopak-kelopak bungaku. Ia berjalan gontai. Aku terus mengawasi wajah tampan lelaki itu. Sesuatu dalam diriku berdebar keras, sehingga menyebabkan kelopak-kelopakku bergoyang.

Tak kuduga gerakanku memancing lelaki itu menoleh. Matanya melebar pada detik pertama ia menatapku. Kutunggu lelaki itu menghampiriku, tetapi tubuh itu berbalik menuju pintu, berlari sepanjang ruangan. Kurang dari satu menit kemudian, lelaki itu muncul lagi bersama wanita bergincu yang masih belum lagi bergincu. Mata wanita itu melebar sambil mulutnya menganga. Perlahan ia melangkah menghampiri pot-pot berisi Kemboja sepanjang tepian teras, menyapuhkan tangannya di atas kelopak-kelopak kami secara bergantian.

”Bunga-bunga itu tak ingin berlama-lama melihat kesedihan ibu.” Lelaki itu berkata. Sebutir air susul menetes jatuh dari sudut mata wanita itu. Keterkejutan di wajahnya berubah haru atau apa pun itu yang sukar kujelaskan. Pelan bahunya lantas bergetar sebelum isak tangis menguasainya. Lelaki itu mendekap tubuh ibunya, merapatkan kepala pada bidang dadanya.

”Mungkin ini karena pupuk yang ibu beri waktu itu.” kata wanita itu.

”Mungkin karena ibu tak pernah berhenti mencintai mereka,” lelaki itu lebih yakin dengan pendapatnya. Mungkin baginya, kebahagiaan sang ibu membawa dua kali lipat kebahagiaan bagi dirinya, tetapi bagiku, betapa kebahagiaannya membawa berlipat-lipat kebahagiaan bagi diriku.

Aku mulai dapat memaknai diriku lebih dari sewujud bentuk yang menyerupai genta dan merah kesumba kelopak-kelopakku. Keindahan barulah bermakna ketika ia dapat bermanfaat bagi makhluk lain tak terkecuali manusia, terutama bagi wanita bergincu yang betapa kesedihannya adalah beban bagi anak laki-laki sulungnya.

Wanita bergincu itu kembali memoles bibirnya dengan gincu merah kesumba sewarna kelopak-kelopakku. Duka si lelaki kini lesap bersama duka sang ibu. Mulailah pola kegiatannya berjalan seperti biasa dengan semangat yang tak biasa.

Malam hari mobil kesayangannya memasuki garasi. Sesuatu dalam diriku berdebar keras menunggu sosok lelaki itu terlihat. Pintu kemudi terbuka, menyusul dirinya berjalan keluar mengitar mobil. Di luar kebiasaan ia membuka pintu di samping jok penumpang. Tampaklah seorang wanita berambut panjang ikal mayang, berdiri di sampingnya.

Kulihat wajah si lelaki sumringah tatkala menuntun perempuan itu berjalan melintasi teras. Tangan keduanya saling menggenggam. Di tengah teras mereka berhenti. Perempuan itu menunduk sambil menggigit bibir. Tangannya meremas tangan lelaki yang menggenggamnya. Kudengar ia mengeluh cemas.

”Tidak apa-apa, tidak apa-apa,” Lelaki itu berusaha menenangkan. Sehembus angin menyebabkan desir dedaunan yang saling menggesek. Dua helai daunku melayang jatuh, disambut lembab tanah. Tetes-tetes getah berjatuhan dari ujung lengan tempat pangkal daunku barusan jatuh. Sebelum malam ini angin sekencang apa pun tak dapat menyebabkan daun-daunku luruh. Melihat keadaannya sekarang, aku ragu bahwa anginlah benar penyebabnya. Siapakah yang patut kusalahkan di antara si lelaki dan perempuan berambut panjang ikal mayang? Barangkali takdirku sendiri karena tercipta hanya sebagai sekuntum bunga Kemboja.

Lelaki itu berjalan menujuku. Perempuan berambut panjang ikal mayang itu tetap terpaku di tengah teras, memperhatikan gelagat si lelaki. Tangan lelaki itu terangkat menuju sepal tempat melekatnya kelopak-kelopakku. Detik pertama ia menyentuhku, ia membawa serta seluruh kesadaranku dari lengan cabang tempat aku tertancap seorang diri. Betapapun, aku hanyalah sekuntum bunga Kemboja. Hidupku berakhir di ujung jemari lelaki yang kuncintai, yang dengan wajah direkah senyuman membawaku kepada perempuan berambut panjang ikal mayang yang tengah cemas menantinya di tengah teras.

Diselipkannya diriku di ujung pangkal telinga sang kekasih. Dari sana aku dapat menatap wajahnya lebih jelas dari yang sudah-sudah. Ia tersenyum menatap diriku di ujung pangkal telinga kekasihnya, bening matanya memantulkan seraut wajah perempuan yang balas tersenyum.

Aku sekarat. Perempuan itu luput merasakan getahku yang bertetesan di antara helai-helai rambutnya.

”Kamu tidak apa-apa sekarang?” lelaki itu bertanya.

Perempuan itu mengangguk pelan. Mereka lantas berjalan menuju pintu masih dengan kedua tangan saling menggenggam. Di ambang pintu lelaki itu memindahkan diriku dari celah di antara kuping kekasihnya ke dalam kantong depan kemejanya. Dari sana, aku dapat mendengar detak jantungnya yang bagaikan menghitung detik-detik kematianku.

”Jangan sampai dilihat ibu bunga Kembojanya dipetik,” samar-samar suaranya terdengar. Getahku berhenti menetes. Walaupun aku masih memendam perasaanku terhadap dirinya, kini yang terpenting adalah memberikan kepada orang yang kucintai sesuatu hal yang dapat mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya. Seandainya aku tercipta sebagai seorang manusia tentulah aku dapat belajar lebih banyak tentang cinta daripada yang dapat terpahami oleh sekuntum bunga Kemboja.

Monday, July 5, 2010

punya kaca mata baru langsung aja narsis hahha :p

ting..... tingggg.... masuk deh k toko buku abis nganterin ATIKAH (sepupu paling bawellll bgttt tapi soulmate :*) ngambil ijazah dngan seperti biasa gayanya yang bawel nyapa gurunya ampe gurunya kesel hahhaha, abis di jemput mama di skolah tikah, kita langsung k toko buku deh ke TOGAMAS, nyampe togamas yang pertama diliat tu tmpat majalah langsung deh ngelirik majalah GOGIRL yang isinya buat teenagers kya kita hihihyi. trnyata dapat hadiah to dari majalahnya kacamata yang lucuuu kya gni ni kacamatanya
udah ngeliat langsung aja bli abis beli tu kacamata udah aja langsung di pake buat fto" jadi turis dadakan sempet rebutan sama AHMAD (adek yang sangaaatttt lucu hihihihi) udah fto" aja kya orng gila ampe semua mata tertuju padamu jadi brasa MISS UNIVERSE deh hahahha.

karna udah laper langsung aja kita pergi k BVJ (bebek van java) enak bgttt tu makanann hmmm maknyus klo kta bondann hahhhaha. abis makan langsung deh jadi turis lagi gila dngan kacamata yang fto disini disitu hahahha ampe smua orng bingungg ngeliat kita heboh bgt deh apa lagi SHAFFIYAH(adek cewek yang bawel tukang ngikutin)yang pake kacamata smbil fto model LAWAS hahahahah apalagi yang fto bertiga kocak bgttt dehh pingin ngakak
,jadi brasa awet muda mulu gara" kbanyakan ktwa tiap harinya. hahahaha.

tungggtunggggg nyampe EXPORT mau bli tas niatnya walau cman nganter sofi aja si tapi malah ikut" jadi tukang fto barang" pinjem hahahha, soalnya klo beli mahal si mending jga jeprat jepret biar kya miliknya. hahahhahaa. eh waktu mau pulang ada sofi tu yang di dandanin kya turisss hahahahha. bojeg bgt deh gamabarnya tapi gak bisa di publikasi orngnya gak mauuu. hihihihihi :p

Monday, June 21, 2010

sial banget si hari ini

pagi" buta jam 02.00 dini hari waktu lagi tdur krasa ada yang aneh di perut di kira si knpa trnyata skit perut pingin kmar mandi, eh malah mencret" nyampe kamar mandi ampe bolak balik kamar mandi gak tau brapa kali hari ini. bgn pagi" nanya mama knpa kya gni eh trnyata kracunan sambel goreng kmarin yang dimakan, huhh sial bgt si yang tadinya mau PSP ampe gak ajadi gara" lemes bgt gak bisa ngapa"in kbnyakan bolak balik kamar mandi :'( ampe lemes -.-
semoga bsok sembuh deh :)

Monday, May 17, 2010








you can open this site http://www.bloglovin.com/en/blogs or www.nemoda.com orhttp://www.bloglovin.com/en/blog/759180/my-daily-style/ for add anyinspiration